Jumat, 02 Mei 2014

3 Mei 2014



       Orang yang tinggal di kampung tentunya tak  asing dengan acara hajatan. Pada dasarnya, hajatan adalah pesta, perayaan atau syukuran terhadap suatu moment yang jarang terjadi seperti pernikahan dan sunatan. Sudah menjadi tradisi kalau ada anggota keluarga yang mau nikah atau sunatan lantas keluarga tersebut mengadakan hajatan, walaupun tidak wajib namun jika tidak melaksanakan terasa belum lengkap.

      Di kampung saya di daerah Majalengka pun sering dijumpai acara hajatan. Biasanya, masyarakat lokal percaya jika ingin mengadakan acara hajatan haruslah dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu yang diyakini baik dibandingkan bulan yang lain. Adanya kepercayaan terhadap bulan yang baik itu menyebabkan kadangkala dalam satu waktu atau bulan yang sama ada banyak orang yang menyelenggarakan hajatan, sehingga dalam situasi seperti ini tidak jarang membuat warga menjadi pusing karena banyak dana dan beras yang harus dikeluarkan sebagai bentuk sumbangan, Sangat unik menurut saya.

        Walau sebenarnya menyumbang (kondangan) pada acara hajatan itu tidak wajib namun bagi masyarakat lokal (pedesaan) hal itu adalah tindakan setengah wajib karena kalau tidak menyumbang maka akan menimbulkan rasa tidak enak atau malu ketika bertemu dengan si empunya hajatan. Kadang-kadang pengeluaran untuk keperluan kondangan lebih besar dari pengeluaran untuk keperluan sehari-hari, kalau sudah seperti ini maka berlaku idiom “beban sosial lebih besar dari beban ekonomi”.

    Dalam acara hajatan tentunya ada orang-orang yang bekerja dan memiliki peran penting untuk menyukseskan acara tersebut dan di kampung saya mereka disebut sebagai glidig. Mereka ini (glidig) merupakan orang-orang yang bertugas pada urusan dapur dan konsumsi, dari mulai memasak, menghidangkan makanan sampai mencuci piring. Pada umumya posisi sebagai glidig dipercayakan kepada orang yang telah biasa melakoni pekerjaan tersebut sebelumnya alias orang yang sudah berpengalaman.
        
Inilah contoh seorang glidig saat acara hajatan:


 Termenung dan lapar.


 Lumayan dapat makan.


Akhirnya, nyuci juga. wkwkwk

0 komentar:

Posting Komentar