Holiday in Pinus

This is slide 1 description.

Holiday at Darajat Pass

This is slide 2 description.

Long Holidays

This is slide 3 description.

Sad Story a.k.a Watir

This is slide 4 description.

Kamis, 05 Juni 2014

Masa muda itu menurut saya adalah suatu masa dimana terjadi gejolak dalam diri untuk  menuntut sebuah idealisme menjadi sebuah kewajaran. Kurang lebih itulah definisi masa muda menurut pemikiran saya. Kadang terbersit di dalam pikiran saya bahwa saya belum mengoptimalkan masa muda saya. Mengoptimalkan dengan hal-hal bermanfaat yang kelak akan berguna bagi diri saya di masa depan kelak. Bukannya saya bersikap tidak bersyukur, namun ini hanya manifestasi rasa kekecewaan terhadap diri yang belum mampu memberikan yang terbaik.

Manusia selalu terlena dengan keadaan dan selalu merasa tenteram dan enggan beranjak dari zona nyaman. Kadang keterlenaan kita tersebut tanpa disadari membawa kita kepada hal-hal di luar batas. Misalnya kita mengabaikan kewajiban ibadah, terlalu banyak tertawa dan bercanda, menunda-nunda pekerjaan, bangga dengan perbuatan dosa, dan hal-hal negatif lainnya. Merujuk pada sebuah hadist yang menyatakan, "Dua nikmat yang sering dan disia-siakan oleh banyak orang: kesehatan dan kesempatan".  (HR Bukhari)

Ketika memasuki dunia perkuliahan, yang pada umumnya menurut standar usia pendidikan di Indonesia berada pada usia 19 tahun, kita dihadapi pilihan untuk berkontribusi, mengukir sejarah, dan tentunya meninggalkan "jejak". Pengalaman saya pribadi, saya belum berhasil memanfaatkan kesempatan tersebut di tingkat pertama/persiapan. Saya hanya menjadi mahasiswa "kupu-kupu" (kuliah-pulang-kuliah-pulang) yang tidak mengenal sama sekali kehidupan di luar kehidupan akademis kampus. Saya hanya mendengar serunya cerita-cerita tentang asyiknya mengikuti kegiatan di luar kegiatan akademis melalui celotehan-celotehan teman-teman saya. Di tingkat dua, barulah saya merasakan nikmatnya mengikuti kegiatan di luar kegiatan akademik atau yang lumrah disebut kegiatan kemahasiswaan. Merasakan bagaimana senangnya bisa kenal dengan teman-teman antar jurusan hingga kakak-kakak kelas antar jurusan. Jaringan-jaringan itulah yang kelak dapat membantu kita ketika memasuki masa pasca kampus. Lalu kesempatan untuk pengembangan diri terbuka lebar. Mulai dari skill olahbicara, negosiasi, hingga leadership kita dapatkan disini. Di samping itu semua, keberadaan kita di kegiatan kemahasiswaan secara langsung memberikan sumbangan dan kontribusi positif bagi teman-teman kita yang lain. Misalnya dengan penyelenggaraan acara-acara bertemakan lingkungan dan pendidikan yang sasarannya adalah teman-teman se-fakultas.

Banyak hal-hal besar yang dapat kita raih bila kita mau meninggalkan zona nyaman. Thomas Alva Edison misalnya, beliau telah melakukan lebih dari 10.000 eksperimen. Sebagian besar gagal dan yang berhasil salah satunya adalah lampu pijar, yang sangat berguna bagi masyarakat untuk penerangan. Sebenarnya bisa saja Edison setiap harinya diisi dengan bersantai, bermain, dan meninggalkan aktivitas eksperimennya. Namun berbekal tekad dan kemauan keras beliau berhasil menaklukkan rasa malasnya untuk menggi mimpinya yang bermanfaat bagi orang lain dan generasi sesudahnya.

Pemuda adalah agen perubahan. Mengapa demikian? Karena pemuda pada dasarnya berada pada masa di mana kondisi fisik seorang manusia mencapai puncaknya. Lalu, pemuda adalah kaum yang memiliki pemikiran-pemikiran brilian dan inovatif untuk memecahkan masalah. Sebuah kutipan terkenal dari Bung Karno, "Berikan aku sepuluh muda maka akan kuguncang dunia". Dan, pemuda adalah pewaris dan penerus dari generasi sebelumnya. Amanah pembangunan berada di pundak mereka. Namun yang dimaksud dengan pemuda sebagai agen perubahan itu pemuda yang mana? Jawabannya jelas, pemuda yang selalu haus akan pengembangan diri. Pemuda yang selalu tidak merasa puas dengan ilmunya dan terus berusaha meningkatkan ilmu dan kemampuannya. Tentu semua itu tidak diperoleh secara instan. Harus ada proses berkesinambungan untuk menggapainya. Pun tidak susah untuk direalisasikan, karena pengembangan diri masih terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Rabu, 04 Juni 2014

Zezen Nasihin di lahirkan dari rahim ibunya, Siti Nurlaeli pada tanggal 4 juni di majalengka dan saat ini ( 2014 ) kurang lebih berusia 28 tahun Beliau merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara. Beliau adalah seorang Dosen Olahraga di Universitas Majalengka, beliau juga mahir dalam olahraga Renang dan pernah mendapatkan juara ke 3 dalam lomba renang Bupati Cup Majalengka tahun 2010. Pada tahun 2014 beliau menikahi seorang perempuan yang bernama Irna Puspita Rahayu, A.Md.Keb.

Zezen Nasihin memulai jenjang pendidikan dari tahun 1993 di TK Fitriah, Kemudian di lanjutkan ke SD Negri Majalengka Kulon X  pada tahun 1994. 6 tahun kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke Mts Al-Ishlah PPI 92 Majalengkadi tahun 2000. Pada tahun 2003 beliau bersekolah di MA Al-Ishlah PPI 92 Majalengka. Beliau vacum dari dunia pendidikan formal dalam waktu 1 tahun karna ingin mencoba mendapatkan penghasilan di luar kota. Tahun 2006 beliau kembali ke kota kelahirannya untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Majalengka. Dan tahun 2011 sampai dengan sekarang beliau masih melanjutkan pendidikannya di Universitas Pendidikan Indonesia untuk mendapatkan gelar S2 nya.

Berawal dari lulusnya sekolah Aliyah di tahun 2005 beliau bekerja di salah satu hotel bintang lima di bagian dapur. Merasa tidak cocok dengan pekerjaannya Beliau memberanikan diri untuk berwirausaha, yaitu berjualan jajanan yang di sebut “Jasuke” atau jagung susu keju. Merasa tidak cukup berpendidikan hanya sampai dengan Aliyah Beliaupun memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Majalengka. Setelah wisuda, Beliaupun langsung aktip di beberapa Organisasi, yaitu di organisasi PRSI ( Persatuan Renang Indonesia ) dengan jabatan Ketua Bidang Garapan Perlombaan. Dan di Diklat Renang Tirta Bima Majalengka. Tahun 2011 Beliau melanjutkan perkuliahan S2 di UPI Bandung dan langsung menjadi Dosen Olahraga di Universitas Majalengka sampai sekarang.

Senin, 19 Mei 2014

Majalengka Jl Pahlawan, Minggu Pemuda bekerjasama dengan PMI Majalengka mendatangkan mobil PMI ke kampong/Desa saya, Dalam pelaksanaan aksi ini ada 10 peserta dari kampung sosial yg secara suka rela menyumbangkan darah, sedang dari para pemuda ada 6 peserta. Total darah yg terkumpul 16 kantong darah. Terdiri dari 9 darah O, 1 darah AB, 4 darah B dan 2 darah A.

Di Kampung Sosial ini sebelumnya telah melakukan sosialisasi dengan masyarakat meskipun sudah di kasih tau sebelumnya itu di minggu kemarin pas minggu bersih dan hanya untuk mengingatkan pada masyarakat kita perlu bersosialisasi lagi dan agar lebih pas di umumkan di masjid juga, melihat perlunya diadakan aksi lanjutan. Antusiasme masyarakat kampong/desa terhadap anggota PMI yang sangat luar biasa sehingga hal inilah yang mendorong terlaksananya donor darah di kampong ini.
Drs. H. Eddy Anas Djunaedi, MM selaku Ketua PMI Majalengka  menyampaikan Visi, Misi dan tujuan  Pemuda kepada masyarakat bahwa donor darah ini adalah program terakhir akan pergantiannya ketua dari Pemuda yaitu Tahjudi Jaya.

Disela-sela menjelang berakhirnya acara Ketua Pemuda juga menyampaikan beberapa aksi kegiatan selain dari donor darah seperti aksi bersih – bersih, penyuluhan gizi dll. Pak RW  antusias dan merespon positif terhadap aksi – aksi Pemuda.

Sabtu, 10 Mei 2014

Pada hari Minggu, Pukul 7. 15 pagi  25 para pemuda  sudah berkumpul di rumah pak Iing, ketua RT 02, sambil menunggu warga kumpul untuk bersama-sama melakukan kerja minggu bersih bercengkarama dulu dg Bpk Rt Iing berbincang-bincang mengenai rencana kegiatan ke depan di lingkungan tersebut. “Ya, saya kira itu rencana yang baik dari pemuda”, kata Bapak Iing.

Sekitar  pukul setengah sembilan bapak RW datang sambil membawa alat-alat seperti alat tempur dan lainnya. Kemudian dari para pemuda  yang berjumlah 25 orang laki-laki dan perempuan ikut nimbrung bersama-sama membersihkan pinggir areal masjid Al-Ishlah, selokan dan Alang-alang,  dengan menebang pohon benalu  yang tumbuh di pingir areal tersebut.

Hanya dalam waktu satu jam setengah, masyarakat, pemuda  bahu membahu, ada yang bagian menebang dam ada bagian yang membersihkan dan mengangkut hasil penebangan ke areal pembuangan.

Sekitar pukul setengah sebelas masyarakat dan pemudapun istirahat sambil menikamati hidangan seadanya yang disediakan ibu-ibu. Di sela-sela istirhat dan gemercikan air hujan yang turun antara pemuda dan masyarakat setempat setuju untuk melakukan kerjasama dan bersatu untuk memajukan kampung/desa. “Saya merasa tersanjung dengan semangat para pemuda di kampung/desa kami, minggu depan kami mohon bantuannya lagi untuk melanjutkan program ini lagi”, kata Bapak Kunung, selaku RW kampung/desa setempat.

Tak kalah dengan bapak RW yang welcome dengan Pemuda, Bapak Rt 2 juga setuju dengan rencana kegiatan Pemuda  yg akan melaksanakan donor darah, yang rencana  ke depannya.

Jumat, 02 Mei 2014

3 Mei 2014



       Orang yang tinggal di kampung tentunya tak  asing dengan acara hajatan. Pada dasarnya, hajatan adalah pesta, perayaan atau syukuran terhadap suatu moment yang jarang terjadi seperti pernikahan dan sunatan. Sudah menjadi tradisi kalau ada anggota keluarga yang mau nikah atau sunatan lantas keluarga tersebut mengadakan hajatan, walaupun tidak wajib namun jika tidak melaksanakan terasa belum lengkap.

      Di kampung saya di daerah Majalengka pun sering dijumpai acara hajatan. Biasanya, masyarakat lokal percaya jika ingin mengadakan acara hajatan haruslah dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu yang diyakini baik dibandingkan bulan yang lain. Adanya kepercayaan terhadap bulan yang baik itu menyebabkan kadangkala dalam satu waktu atau bulan yang sama ada banyak orang yang menyelenggarakan hajatan, sehingga dalam situasi seperti ini tidak jarang membuat warga menjadi pusing karena banyak dana dan beras yang harus dikeluarkan sebagai bentuk sumbangan, Sangat unik menurut saya.

        Walau sebenarnya menyumbang (kondangan) pada acara hajatan itu tidak wajib namun bagi masyarakat lokal (pedesaan) hal itu adalah tindakan setengah wajib karena kalau tidak menyumbang maka akan menimbulkan rasa tidak enak atau malu ketika bertemu dengan si empunya hajatan. Kadang-kadang pengeluaran untuk keperluan kondangan lebih besar dari pengeluaran untuk keperluan sehari-hari, kalau sudah seperti ini maka berlaku idiom “beban sosial lebih besar dari beban ekonomi”.

    Dalam acara hajatan tentunya ada orang-orang yang bekerja dan memiliki peran penting untuk menyukseskan acara tersebut dan di kampung saya mereka disebut sebagai glidig. Mereka ini (glidig) merupakan orang-orang yang bertugas pada urusan dapur dan konsumsi, dari mulai memasak, menghidangkan makanan sampai mencuci piring. Pada umumya posisi sebagai glidig dipercayakan kepada orang yang telah biasa melakoni pekerjaan tersebut sebelumnya alias orang yang sudah berpengalaman.
        
Inilah contoh seorang glidig saat acara hajatan:


 Termenung dan lapar.


 Lumayan dapat makan.


Akhirnya, nyuci juga. wkwkwk

Kamis, 10 April 2014

Masyarakat Sunda mempunyai tradisi makan bersama yang dikenal dengan sebutan  Botram. Begitu juga dengan kaum muda di Desa Sadamukti, sebuah desa kecil di kaki Gunung Salak, anak-anak muda di sana kerap berpesiar di seputaran hutan dan air terjun  untuk berbotram ria
Sejatinya makan bersama ala Botram biasa dilakukan di luar rumah,  bisa di kebun, di tepian sungai, atau sembari pesiar yang murah meriah. Masyarakat Sunda juga biasa melakukan Botram sebelum bulan puasa.
Sederhana, tidak perlu makanan yang mewah, tidak perlu rupa-rupa perlengkapan makan, tidak ada urutan makan. Acara makan Botram berbentuk lesehan, bebas, dan tidak mengenal etika Table Manner, sebaliknya meleng sedikit lauk yang ada di depan kita bisa berpindah tempat dengan cepat. Menu utama Botram biasanya nasi liwet, lauknya  bervariasi, boleh ikan asin, tempe orek, ayam, oseng jengkol, petai goreng cabai dan lain-lain. Yang pasti sambal dan lalapan adalah dua bagian penting yang harus ada di sana.. pokoknya yummy .
Siang itu, aroma nasi liwet yang tengah ditanak sudah tercium kuat dari kuali yang digantung dengan tripod kayu darurat di depan tenda. Kombinasi aroma bumbu daun sereh, salam, langkoas, rajangan cabe, bawang dan potongan ikan asin yang meruap dari dalam kuali, seperti mengalahkan bau semak yang basah selepas hujan.  Saking santernya aroma tersebut, sampai-sampai beberapa ekor lalat hutan datang berkunjung ke tenda kami yang damai itu.
Saya tengah berada di sebuah lembah cantik, di tengah belantara Gunung Salak, hanya beberapa puluh meter dari dari air terjun berundak dua dan saya tengah dilanda lapar yang luar biasa setelah menyelesaikan latihan mendaki cepat dengan membawa segalon aqua ke puncak Gunung Salak. Lapar, hawa dingin, dan lokasi yang spektakuler menjadikannya sebuah kombinasi yang dahsyat untuk mendongkrak selera makan saya.
Bayangkan anda ngebotram di dangau di tepi sawah dengan semilir angin nan sejuk atau di rumah kebun dengan view gunung gemunung nan hijau, bersama teman-teman terbaik